Selasa, 31 Maret 2015

Dampak Keseringan Bermain Judi

Usia Sherly 20-an tahun ketika pertama kali pergi berjudi di Las Vegas bersama beberapa orang teman. Setelah yang pertama itu, Sherly beberapa kali kembali ke tempat itu untuk ‘bermain-main.’ Tugas belajar berakhir, Sherly kembali ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan orang tuanya. Ia melanjutkan kegemarannya berjudi. Menang–kalah– menang lagi–kalah lagi, merupakan hal biasa dialami Sherly saat berjudi. “Saya sangat suka mengalami saat 'high' ketika berjudi,” ungkap Sherly. Setelah 25 tahun berjudi, dia ingin berhenti dari dunia hiburan yang sangat mahal ini. 

Sepuluh tahun lalu pendapat bahwa judi bisa membuat  kecanduan masih diperdebatkan. Dulu dunia psikiatri menganggap bahwa judi itu lebih merupakan  perilaku kompulsif daripada kecanduan. Judi  dianggap sebagai  perilaku yang  didorong oleh kebutuhan untuk mengurangi kecemasan -bukan bentuk kecanduan atau kebutuhan untuk merasakan kenyamanan sesering mungkin.  Sekarang perdebatan berakhir, para peneliti sepakat bahwa orang bisa kecanduan judi, sama seperti kecanduan narkoba atau zat adiktif lainnya. Gejalanya ingin melakukan lagi, lagi dan lagi meski tahu hal itu tidak berguna, merugikan diri sendiri, dan berbahaya. Ketika tidak dapat melakukan judi, pecandu merasa kurang nyaman, gelisah, uring-uringan dan murung, sama seperti orang sedang sakaw atau ketagihan.

Otak terendam dopamine
Apa yang terjadi pada otak pecandu judi? Sama seperti kecanduan zat adiktif, ketika kecanduan judi itu terjadi, otak mengalami perubahan. Di bagian tengah otak yang disebut cranium, terdapat  serangkaian sirkuit otak yang disebut system reward, yang menghubungkan berbagai bagian otak yang tersebar -termasuk memori, gerakan, motivasi dan kenyamanan. Ketika kita melakukan kegiatan yang membuat kita tetap hidup, makan  misalnya, neuron pada system rewardmemuncratkan zat kimia bernamadopamine, memberikan kita gelombang kecil kepuasan, dan mendorong kita untuk membuat kebiasaan  menikmati makanan enak. Tetapi ketika dopamineitu dirangsang dengan amphetamine, kokain atau zat adiktif lainnya, system reward itu menebar dopaminesebanyak 10 kali lipat dari jumlah biasanya. Artinya, sel saraf otak penghasil dopamine melakukan kerja paksa. 

Jika penggunaan zat adiktif terus dilanjutkan, kekuatan system rewarduntuk membangkitkan euforia atau kesenangan semakin dilemahkan. Zat-zat adiktif itu membuat otak terendam di dalam dopamine, sehingga otak beradaptasi dengan cara menghasilkan sedikit molekul, dan kurang responsif terhadap efekdopamine. Sebagai akibatnya kecanduan itu membentuk toleransi terhadap obat, semakin lama semakin banyak yang dibutuhkan untuk ‘high’atau fly.  Pada kasus kecanduan yang parah, pecandu mengalami kemunduran –sakit fisik, tidak dapat tidur dan tremor. Pada saat itu, saraf yang menghubungkan sirkuit system reward ke bagian otak yang disebutprefrontal korteks melemah. Prefrontal korteks itu berfungsi membantu seseorang untuk ‘menjinakkan’ dorongan. Semakin banyak obat yang dikonsumsi, pecandu akan lebih sulit menghentikan kecanduannya.

Sama seperti pecandu zat adiktif, otak penjudi juga demikian kondisinya. Pemahaman ini didapat dari penelitian terhadap aliran darah dan aktivitas otak seseorang setelah melakukan judicasino online.  

Sebuah penelitian di Jerman pada tahun 2005 menyebut, sama seperti pecandu zat adiktif, penjudi akan kehilangan kepekaannya terhadap kondisi ‘high’ ( fly pada pengguna zat adiktif); ketika menang, penjudi mengalami aktivitas kelistrikan yang lebih rendah pada bagian pusat system reward di otaknya. Itu sebabnya seorang penjudi akan ketagihan melakukan judi terus menerus untuk memperoleh kondisi ‘high’ yang diinginkan –yang tentu saja kadarnya akan terus  meningkat. 

Tremor dan kaku otot
Bisakah penjudi ‘disembuhkan’? Kabar gembiranya judi bisa disembuhkan. Mereka bisa diberikan terapi untuk menghentikan kecanduan judi. Kabar buruknya, 2–7 persen penderita penyakit Parkinson adalah penjudi. Meski bukan angka yang ‘wow!’ tapi para penjudi ini bila tidak menghentikan kecanduannya berjudi, bisa punya penyakit yang sama dengan pecandu zat adiktif, yaitu Parkinson. Mereka  akan mengalami kematian pada sel saraf otak penghasildopamine. Hasilnya kaku otot dan tremor. 
    
Karena mengalami perubahan pada otak, menyembuhkan ‘penyakit’ judi bisa dilakukan dengan pemberian obat. Tubuh mereka  lebih responsif terhadap obat dan lebih mudah disembuhkan. Penyembuhan lain selain pengobatan adalah  cognitive-behavior therapy. Dalam terapi ini pecandu dilatih untuk menangkal pikiran-pikiran dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan. Para peneliti memperkirakan lebih dari 80 persen penjudi tidak mencari bantuan untuk penyembuhan. Beberapa yang ingin disembuhkan, hanya seperempat saja yang benar-benar sembuh. Tiga perempat lainnya kembali berjudi.

Sumber : http://m.pesona.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=002&smc=002&ar=114






Lihat juga :
http://kisahku-blogspot.blogspot.com/2015/03/mati-seperti-keledai-karena-menantang.html?m=1


Dampak Keseringan Bermain Judi

Polisi Gerebek Judi Togel Online di Jakarta Barat



TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Jakarta Barat membongkar komplotan judi togel di Jakarta Barat. Wakil Kepala Polres Ajun Komisaris Besar Ujang Bahtiar mengatakan komplotan itu diketahui merupakan bagian dari sindikat internasional. "Bandar besarnya ada di Singapura," kata dia di kantornya, Kamis, 12 Februari 2015.

Empat orang tersangka pengendali jaringan itu berhasil ditangkap di sebuah ruko di Perumahan Mutiara Taman Palem, Cengkareng. Mereka dipimpin oleh seorang perempuan bernama Ria Susanti, warga Dadap, Tangerang, Banten. Selain itu, tiga tersangka lain yang menjadi anak buah Ria adalah Thomas, Indra, dan Tek Kiang.

Polisi masih mengejar 12 orang lain yang menjadi anggota sindikat judionline tersebut. Status mereka sudah buron dan masuk dalam daftar pencarian orang. Omzetnya pun mencapai Rp 50 juta per harinya. "Kalau ditotal sebulan bisa sampai Rp 1 miliar," kata dia.

Adapun Kepala Unit Kriminal Umum Polres Ajun Komisaris Eko Barmula mengatakan penangkapan itu bermula dari penyelidikan polisi yang sudah berjalan selama satu bulan. Penyelidikan dimulai sejak munculnya laporan masyarakat tentang perjudian di kawasan Cengkareng. "Setelah diselidiki ternyata di ruko tersebut beroperasinya," kata Eko.

Dalam menjalankan aksinya, sindikat judi togel itu tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan penjudi. Mereka menerima uang judi itu dengan cara ditransfer ke rekening milik Ria. Pemasang judi lalu memantau nomor yang dia pasang melalui situswww.telak4d.com.

Kelompok itu biasanya beroperasi setiap hari Senin, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Ahad. Namun sekali menggelar judi, minimal uang Rp 50 juta mengalir ke rekening bos perempuannya.

Eko mengatakan, warga sekitar juga tidak curiga dengan aktivitas bandar judi di dalam ruko tersebut. Sebab, ruko itu diketahui merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti. "Itu modus yang mereka pakai biar tidak dicurigai, dan sudah jadi TO (target operasi) kami sejak sebulan," ujar Eko.

Polisi masih mengembangkan kasus judi online tersebut. Diduga situs judi yang dipakai komplotan Ria juga itu digunakan oleh kelompok-kelompok judi lainnya. "Kalau kelompok ini biasanya menjaring penjudi di sekitar Jakarta Barat," kata dia.

Ria mengaku berprofesi bandar judi togel online sejak lima tahun lalu. Uang hasil judi itu pun setengahnya diserahkan ke bandar besarnya di Singapura. Sisanya dibagi bersama belasan anggota sindikatnya. "Kalau saya dipakai buat kehidupan sehari-hari saja," ujar perempuan be
rambut sepinggang tersebut.

Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 303 KUHP tentang Perjudian. Mereka terancam hukuman lima tahun penjara. Polisi pun sudah mengantongi identitas 12 orang anggota sindikat judi tersebut.

Sumber : http://m.tempo.co/read/news/2015/02/12/064642016/Polisi-Gerebek-Judi-Togel-Online-di-Jakarta-Barat

Polisi Gerebek Judi Togel Online di Jakarta Barat